Recent Post

Dunia Burung Dan Hewan

Powered by FeedBurner

Tampilkan postingan dengan label Burung. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Burung. Tampilkan semua postingan

Burung Cangkurileung-Kutilang-Ketilang

Burung Genthilang, ketilang
Burung Kutilang ini dapat membatu petani ketika sekelompok burung-burung itu memakan serangga atau ulat yang menjadi hama petani, tapi kadang disangkanya memakan buah atau hasil tanaman sehingga petani juga kadang ikut memburu burung ini karena dianggap hama tanaman.

Seharusnya para petani juga harus lebih mengetahui kebiasaan burung ini dalam mencari sumber makanan sehingga tidak salah menyangka dan memburu, ini untuk menjaga keseimbangan alam, karena burung ini sangat aktif di alam dalam mengekplorasi lingkungan ketika mencari makanan dan kumpul berkelompok.

Burung yang termasuk ke dalam famili pycnonotidea dan bergenus pycnonotus ini, memiliki kebiasaan berkumpul bersama kelompoknya dan berkicau bersama di alam bebas yang kadang juga menampakan jambul di kepalanya ketika sedang senang atau bercanda dengan anggota kelompoknya.

Makanan burung kutilang sangatlah umum seperti, pisang masak, pepaya masak, serangga, ulat, kupu-kupu dan lain-lain.

Sehingga kadang-kadang petani tidak suka dengan burung ini karena mau memakan pisang atau pepaya yang masak di pohon. Ketika orang tertarik dengan burung ini untuk dipelihara dan diperdagangkan, kini burung kutilang sudah sangat susah untuk dijumpai secara berkelompok, karena terlalu banyak diburu dan ditangkap untuk diperdagangkan di pasar-pasar hewan.

Menurut penuturan para penggemar burung, katanya, suara burung ini mendapat nilai 'mati', apabila sempat dibunyikan si burung pada perlombaan burung ( kontes suara burung ).

Pernah beberapa penggemar burung mencoba menyulap burung Kutilang ini menjadi burung yang istimewa, dengan mencoba memaster burung ini dari 'anakan', bahkan dari 'piyik', sudah diperdengarkan dengan suara-suara masteran yang dianggap baik.

Pada usia remaja menjelang dewasa, ternyata burung ini pun mampu menirukan berbagai suara-suara burung masteran yang dianggap istimewa.

Tetapi pada saat burung ini menjelang dewasa, dan digantung di luar rumah, mendengar kicauan burung-burung Kutilang liar yang berkicau di alam sekitar rumah, maka semua suara masteran yang sudah terekam pada burung Kutilang peliharaan ini pun 'hilang sirna', dan kembali ke suara aslinya, yaitu 'suara Kutilang'.

Sehingga bagi para penggemar burung, burung Kutilang ini pun dikesampingkan dan disisihkan, karena dianggap sebagai burung 'pelupa'.

Burung Kutilang / ketilang sudah terkenal sejak dulu terutama di daerah jawa dan bali, Burung jenis ini banyak disukai orang untuk di pelihara karena mudah dalam perawatan dan pemberian makanannya.

Burung yang di Jawa terkenal dengan sebutan GETHILANG ini, memiliki suara yang sangat khas dalam berkicau, maka orang sangat suka memelihara untuk dijadikan hiburan atas kicauanya yang sangat nyaring dan bisa dilatih jika dipelihara dari anakan.

Burung ini bisa di dapatkan di pasar-pasar burung jika ingin memelihara untuk hewan kesayangan dan harganya-pun tidak terlalu mahal seperti jenis lainnya.

Sumber : Dari berbagai sumber
 
Baca Selengkapnya - Burung Cangkurileung-Kutilang-Ketilang

Burung Pleci Mania

Pleci Dada Putih
Burung Pleci adalah burung kecil yang imut dengan lingkaran putih di sekitar mata ( kacamata ) kini memang tengah menjadi primadona di setiap penjuru daerah, hampir disetiap pelosok desa atau kecamatan sampai desa demam pleci menia yang melanda.

Nama Pleci kacamata berasal dari keluarga Zosterops yaitu merupakan marga penciri burung kacamata, dan memiliki jumlah anggota terbesar. Secara tradisional, kelompok ini dimasukkan ke dalam suku Zosteropidae, namun berdasarkan kajian filogeni terbaru, bisa jadi kelompok ini merupakan bagian dari suku Timaliidae. 

Demam burung Pleci ini akhir-akhir ini memang sedang melanda di beberapa daerah tengok saja di kios burung di berbagai  kota atau pasar burung hampir setiap kios burung tergantung burung – burung Pleci.

Para penghobi Burung Pleci, tak hanya pemula bahkan pelomba kawakan pun tak risih lagi membawa burung Pleci ini di lapangan. Mereka bangga tatkala gacoarnya ini jadi juara, karena dengan begitu pamornya naik, pleci pun naik tahta dan memiliki prestise tersendiri diantara jenis burung berkicau lainya. Burung hijau mungil dengan kacamata putih ini memang tengah naik daun di kalangan penggemar burung kicau.

Dahulu burung pleci memang tidak masuk dalam nominasi sebagai burung kicauan dan harganya sangat murah. Kini seiring popularitasnya yang tengah naik daun , burung pleci juara bisa mencapai jutaan rupiah.

Untuk burung Pleci yang sudah jadi, meski belum juara bisa mencapai 200-500 ribu, padahal harga bakalan hanya 10 ribu-25 ribu saja. Sebelum trend burung pleci bahkan harganya sangat murah yaitu hanya 3 ribu sampai 5 ribuan saja.

Harga bakalan pleci yang murah membuat burung yang satu ini bisa dijangkau bahkan oleh penghobi pemula seperti saya.Banyak penghobi yang ikut-ikutan tren dan mencoba peruntungan dari hobi burung pleci gacor. 

Namun untuk membuat burung pleci menjadi gacor alias ngoceh terus menerus, memerlukan ketelatenan dan keterampilan dalam melatihnya. Ada berbagai faktor seperti makanan, perlakuan dan genetik. 

Saat ini sebenarnya lebih mudah melatih burung pleci agar menjadi gacor karena  bisa menggunakan media digital, tidak harus dengan burung asli. Berbeda dengan jaman dahulu, untuk melatih burung pleci dan burung lain harus memiliki burung master. Kalau burung master terlalu bagus, justru burung pleci akan minder dan justru tidak mau berbunyi.

Untuk memilih bakalan burung pleci yang baik, bisa dari proses memilih dalam satu ombyokan ( kelompokan ) burung, karena biasanya bakalan burung pleci dijual dalam ombyokan ( kelompokan ) di kandang, pilihlah diantara burug pleci yang paling sering berkicau atau paling gacor. Burung pleci yang sering berbunyi dalam rombongan merupakan bakalan yang bagus nantinya. 

Cara lain memilih bakalan burung pleci yang baik adalah ciri fisiknya, Pleci yang siap bertarung dapat dilihat dari alis atau kacamatanya. Umumnya, yang fighter adalah memiliki alis atau kacamata tebal. Selain dua hal tersebut pilihlah burung pleci yang badannya kecil. 

Selain cara-cara tersebut ada cara instan dalam memilih pleci gacor yaitu membeli atau mencari sendiri burung pleci hasil pikatan bukan hasil menjaring. Memikat burung biasanya menggunakan burung umpan, burung pleci yang masuk perangkap biasanya adalah burung fighter. Namun resikonya jika burung stress tidak mau makan dan akan mengakibatkan kematian. Karakter pleci kacamata yang mirip-mirip anis merah, dan kebiasaannya ditrek dengan sesama jenisnya sebelum ke lapangan, membuatnya seperti peralihan dari anis merah menjadi pleci mania.

Perawatannya yang relatif mudah ini yang membuatnya lebih asyik dipelihara, makanan kesukaannya adalah pisang, pepaya, apel, pir, tomat,dan buah lainnya. sekarang banyak penghobi burung suka merawat jenis burung Pleci atau Kacamata ini, selain harganya relatif murah burung ini juga sangat mudah dirawat dan ngak gampang stres, Jenis burung ini juga masih dapat kita jumpai di alam bebas dan bukan tergolong burung langka atau dilindungi. Namun, jika hal ini terjadi penangkapan secara besar-besaran tidak menutup kemungkinan jenis burung tersebut akan menjadi punah.

Sumber Artikel : Beternak

Baca Selengkapnya - Burung Pleci Mania

Burung Enggang Statusnya Terancam Punah

Burung Enggang Status waspada terancam Punah
Ekspedisi Uud Danum di Kabupaten Sintang menemukan fakta masih terus berlangsungnya pembantaian burung enggang, salah satu jenis satwa dilindungi. Enggang dibantai untuk diambil paruhnya dan diperdagangkan.

Anggota Ekspedisi Uud Danum, Firdaus, mengatakan, pembantaian terjadi di salah satu desa di Kecamatan Ambalau, Sintang. "Ada sedikitnya 14 ekor enggang yang diburu dan dibantai di wilayah itu," ujarnya, Rabu (19/12/2012).

Enggang adalah burung yang menjadi simbol Kalimantan Barat. Sepanjang tahun 2012, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalbar telah menggagalkan penyelundupan 270 paruh enggang.

Firdaus menjelaskan, paruh enggang dari Sintang itu kemudian dijual ke Sarawak, Malaysia. Dari tangan pemburu, paruh enggang itu dihargai Rp 4 juta per buah.
( Sumber : Kompas.com ).

Burung Dari Kalimantan


Burung Enggang atau Burung Rangkong ( bahasa Inggris: Hornbill ) adalah sejenis burung yang mempunyai paruh berbentuk tanduk sapi tetapi tanpa lingkaran. Biasanya paruhnya itu berwarna terang. 

Nama ilmiahnya "Buceros" merujuk pada bentuk paruh, dan memiliki arti "tanduk sapi" dalam Bahasa Yunani. Burung Enggang tergolong dalam kelompok Bucerotidae yang termasuk 57 spesies. Sembilan spesies daripadanya berasal endemik di bagian selatan Afrika. Makanannya terutama buah-buahan juga kadal, kelelawar, tikus, ular dan berbagai jenis serangga.

Enggang ( Allo, Ruai/Arue sebutan bagi orang dayak ) adalah jenis burung yang ada di pulau Borneo. Burung enggang memiliki ukuran tubuh cukup besar, yaitu sekitar 100 cm. Ada sekitar 8 jenis burung enggang dengan warna tubuh perpaduan antara hitam dan putih, sedangkan warna paruhnya merupakan perpaduan warna kuning, jingga dan merah. 

Ciri khas dari burung ini adalah adanya cula paruh (casque) yang tumbuh di atas paruhnya. Burung yang makanannya buah ara ini mempunyai tingkah laku bersarang yang khusus. Burung enggang mempunyai kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya merupakan suatu daya tarik tersendiri.

Pada awal masa bertelur burung jantan membuat lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang dan bertelurnya burung betina.kemudian burung jantan memberi makan burung betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi, dan berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. 

Mengapa burung Enggang ini di jadikan sebagai simbol oleh suku dayak? Burung ini menyimbolkan suku dayak layaknya burung Merpati menyimbolkan kesucian dan keabadian dalam keagamaan Kristiani. Karena itu pula, burung enggang ini dijadikan sebagai contoh kehidupan bagi orang dayak untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan mengasihi pasangan hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang dayak yang mandiri dan dewasa. 

Namun sekarang ini burung enggang merupakan burung langka yang sudah sangat sulit di temui di hutan borneo, ini dikarenakan pengerusakan hutan borneo yang terus-menerus terjadi, seperti penebangan hutan baik illegal logging maupun untuk dijadikan lahan perkebunan kelapa sawit. 

Nasib burung enggang ini sekarang sama seperti nasib suku Dayak di borneo yang semakin terpinggirkan di tanahnya sendiri. Sekarang burung ini hanya sebagai simbol dan hanya dapat dilihat dalam suatu rekaman gambar yang menunjukkan masa kejayaannya dimasa lampau. 

Burung ini hanya dapat dilihat sebagai simbol yang dilukiskan berupa motif seperti pada gambar ini. Kasihan sekali nasib mereka. Sebagian yang tersisa darinya hanya sebuah gambar dan segelintir bagian paruh dan bulu yang tetap di simpan rapi oleh masyarakat suku dayak. ( Sumber : Wikipedia )
Baca Selengkapnya - Burung Enggang Statusnya Terancam Punah

Burung Lautan

burung-burung yang hidup dilaut
Sejauh ini tidak ada definisi tunggal menyangkut burung laut, pada kelompok, suku atau spesies mana ia diletakkan; dan kebanyakan definisi yang dibuat sedikit banyak bersifat longgar. 

Menggunakan kata-kata dua orang ahli burung laut: "Satu karakter umum yang dipunyai semua burung laut, adalah bahwa burung-burung itu mencari makanannya di laut; namun, sebagaimana lazimnya pernyataan dalam ilmu biologi, yang selalu ada perkecualiannya, sebagian anggotanya tidak demikian.

Namun demikian, kesepakatan para ahli menggolongkan semua anggota ordo Sphenisciformes dan Procellariiformes, semua Pelecaniformes kecuali pecuk ular, dan sebagian Charadriiformes (skua, camar, dara-laut, auk dan skimmer) ke dalam burung laut. 

Burung kaki-rumbai (Phalaropidae) biasanya dimasukkan juga, karena walaupun burung-burung ini termasuk burung perancah, dua dari tiga jenisnya bersifat oseanik selama sembilan bulan dalam setahun; yakni terbang menyeberangi khatulistiwa untuk mencari makan di lautan.

Loon dan Titihan, yang bersarang di danau namun melewatkan musim dingin di laut, biasanya dikelompokkan dalam burung air tawar, bukan burung laut. Begitu pula suku Anatidae (bebek-bebekan), yang meskipun beberapa anggotanya hidup di laut semasa musim dingin, berdasarkan kesepakatan dianggap bukan burung laut. Banyak jenis burung perancah dan bangau yang hidup di pesisir pantai, namun tidak pula dikategorikan sebagai burung laut.

Burung laut adalah burung yang telah beradaptasi dengan kehidupan lingkungan laut. Meskipun burung laut sangat beragam dalam gaya hidup, perilaku dan fisiologi, mereka sering memperlihatkan evolusi konvergen yang mencolok, karena permasalahan lingkungan dan ladang makanan yang sama telah mengakibatkan adaptasi yang sama. Para burung laut pertama kali berevolusi pada periode Cretaceous, dan keluarga burung laut modern muncul pada masa Paleogen.

Secara umum, burung laut hidup lebih lama, lebih lambat berkembang biak, dan memiliki jumlah anak lebih sedikit dibanding jenis burung lain. Kebanyakan spesies membuat sarang dalam koloni mereka. Beberapa koloni ada yang hanya terdiri dari belasan burung, namun ada juga yang sampai jutaan burung. Banyak spesies yang melakukan migrasi tahunan.

Sumber : wikipedia
Baca Selengkapnya - Burung Lautan

Burung Cucak Kebon | Trucukan | Merbah Cerukcuk

Merbah cerukcuk adalah sejenis burung pengicau dari suku Pycnonotidae
Burung Cucak Kebon atau banyak juga yang bilang trucukan atau jogjog pastinya para hobi burung mengenalnya dan burung jenis ini pastinya ada di setiap pasar burung dimanapun, karena burung cucak kebon ini sering banyak di tangkap.

Untuk masalah harga memang burung tersebut tidak terlalu mahal dan banyak juga yang memeliharanya untuk sekedar hobi karena untuk memeliharanya cukup gampang tidak terlalu sulit hanya dengan memberi dia makan buah - buahan dia pun pasti senang.

Merbah cerukcuk serumpun dengan burung cucak - cucakan  ( Family  Pycnonotidae ) seperti salah satunya yaitu burung kutilang mungkin merupakan burung yang paling banyak dipelihara oleh anak-anak di Jawa, terutama yang disukai adalah burung yang masih muda atau masih kecil, sehingga dapat dijinakkan.

Burung yang telah jinak kerap kali tidak akan pergi jauh dari kandangnya, walaupun dilepaskan dengan bebas, setiap saat atau setidaknya sore hari akan kembali untuk meminta makanan kepada pemeliharanya, dalam tangkaran, burung ini biasanya diberi makan buah-buahan seperti pepaya dan pisang, dan serangga kecil seperti ulat, belalang atau cengkerik.

Burung trucukan atau burung merbah atau disebut juga cucak-cucakan ( familia Pycnonotidae ) termasuk ke dalam suku burung kicau kawasan Asia tropis dan Afrika, burung dengan suara yang merdu dan variasi lagu beragam ini dalam bahasa Inggris disebut Bulbuls. ( Yellow-vented Bulbul ) Pycnonotus goiavier

Nama merbah ( bahasa Melayu ) merujuk pada jenis burung kicauan, berbulu suram dan tinggal di semak belukar, termasuk di dalamnya adalah jenis-jenis burung pelanduk, tepus, bentet dan lain-lain.

Burung cucak kebon atau Trucukan ini bukan jenis  burung petarung, namun burung ini bisa melakukan pertahanan untuk menjaga daerah teritorialnya. karena mempunyai kemampuan adaptasi yang cukup  tinggi, maka burung ini mudah jinak kepada manusia.

Burung ini berukuran sedang, panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 20 cm, dan sisi atas tubuh ( punggung, ekor ) berwarna coklat kelabu gelap, sisi bawah ( tenggorokan, dada dan perut ) putih kusam. Mahkota kehitaman, alis dan sekitar mata putih, dengan kekang ( garis di depan mata ) hitam. Sisi lambung dengan coretan-coretan coklat, dan penutup pantat berwarna kuning, iris mata berwarna coklat, paruh hitam dan kaki abu-abu merah jambu.

Merbah cerukcuk menyukai tempat-tempat terbuka, semak belukar, tepi jalan, kebun, dan hutan sekunder, burung ini sering berkelompok, baik ketika mencari makanan maupun bertengger, dengan jenisnya sendiri maupun dengan jenis merbah yang lain, atau bahkan dengan jenis burung yang lain, tidur berkelompok dengan jenisnya, di ranting-ranting perdu atau pohon kecil.

Seperti umumnya merbah, makanan burung ini terutama adalah buah-buahan yang lunak, di pekarangan, burung ini kerap melubangi buah pepaya dan pisang yang telah masak, selain itu ia juga memangsa aneka serangga, ulat dan hewan kecil lainnya seperti cacing dan merbah cerukcuk sering menghabiskan waktu lebih lama untuk mencari makanan di atas tanah daripada jenis merbah lainnya.

Berbunyi nyaring dan berisik, cok, cok, ..cok-cok ! ; siulan pendek cuk-co-li-lek.. berulang, kadang-kadang dengan cepat; atau nyanyian bersuara lemah mirip gumam atau gerutuan burung, orang bilang biasanya dengan istilah, golokcilik,golokcilik, golokcilik begitulah bunyi kicauan serupanya.

Sarang cerukcuk berbentuk cawan dari anyaman daun rumput, tangkai daun atau ranting yang halus, dijalin dengan serat tumbuhan dan menempel pada dahan. Di Jawa Tengah didapati pula sarang yang dibangun di sela-sela buah pisang, telur dua atau tiga butir, berwarna keputihan berbintik coklat atau ungu, tercatat bersarang sepanjang tahun, dengan puncaknya Maret sampai Juni.

Burung ini menyebar luas di Asia Tenggara, Semenanjung Malaya dan Filipina. Di Indonesia didapati di Sumatra dan pulau-pulau di bagian timurnya, Kalimantan, Jawa dan Bali. Diduga diintroduksi ke Lombok dan Sulawesi Selatan. Umum terdapat sampai ketinggian 1.500 m dpl.

Beda Jantan Dan Betina Burung Trucukaan ini banyak yang mengatakan bahwa jika jantan  di dalam rongga mulutnya akana terlihat berwarna Kuning dan dapat di pastikan Burung Trucukan Jantan.

Dan jika burung trucukan jantan jika dia berkicau atau ngriwik akan terlihat jambul di atas kepalanya dan terdengar kicauannya atau ngriwiknya lebih keras dari pada betina.

Namun ada pula masukkan yang banyak mengatakan bahwa kelas burung pemakan buah - buahan ini seperti, burung cucak - cucakan kebon, kutilang dan cucak rowo ( Cucak Ijo tidak termasuk ) yang rewel atau yang mempunyai suara ngerol dan ngeropel adalah jenis kelamin yang Betina.



Baca Selengkapnya - Burung Cucak Kebon | Trucukan | Merbah Cerukcuk

Burung Branjangan - Mirafra Javanica

Burung Branjangan Species asli Jawa
Burung ini sekilas memang mirip dengan burung gereja dari segi warna dan ukuruan tubuhnya, dan burung branjangan ini mamang merupakan spesies asli dari pulau Jawa, hingga penyebarannya sampai ke pulau Sumatera, Kalimantan dan bebrapa pulau di Indonesia.

Menurut saya juga burung Branjangan ini tidak banyak yang menyukainya, dan bisa di katakan hanya beberapa orang saja yang memang memelihara burung tersebut dan dikarena juga memang untuk burung Branjangan ini tidak sebanyak populasinya di negeri ini jika di bandingkan dengan burung yang ada khususnya di pulau Jawa.

Dari ukuran tubuh mirip sekali sebesar burung Gereja jika anda tahu, akan tetapi untuk jenis suaranya tentunya tidak sama dengan burung gereja, malah sebaliknya burung branjangan tidak kalah pintarnya dengan burung berkicau lainnya, burung ini dapat dan pandai juga menirukan jenis suara burung-burung lainnya seperti dapat mengikuti suara burung ciblek, prenjak, lovebir dan burung - burung di sekitarnya, dan burung branjangan ini mempunyai ciri khusus dalam berkicau, yaitu dia berkicau sambil terbang naik dan turun.

Hidup di alamnya adalah di area pesawahan dan padang alam terbuka, namun ada juga yang bilang bahwa burung ini ada juga di daerah dekat laut atau pantai dan selalu bergerombol di atas atau di tepi - tepi karang dan menyukai udara yang panas, karena habitanya selain yang katanya di tepi pantai dia juga di tanah sawah, dahulu masih banyak burung ini di dareah sawah dan sering terlihat jika sawah selesai di panen.


Suara Burung Branjangan, Mirafra Javanica

Baca Selengkapnya - Burung Branjangan - Mirafra Javanica

Burung Cipoh Akankah Ada Lombanya

Akankah ada lomba burung citoh
Di kalangan penggemar burung berkicau burung Citoh atau Cipoh, cipow ini sepertinya tidak begitu marak, padahal dari segi kecerdasan dalam membawakan kicauannya burung ini tidak kalah kemampuannya untuk bersaing dengan burung-burung kicauan lainnya yang saat ini digemari seperti pleci, gelatik, ciblek atau burung-burung lokal kecil lainnya.

Cipoh Kacat, nama Latinnya adalah Aegithina Tiphia, dan burung yang sering dinamakan burung citoh, cipow, atau cipew, ada juga yang bilang sirpu dan sirtu, sesuai dengan nama burung di daerah masing-masing, tapi entah mengapa burung ini tidak terlalu banyak di gemari oleh pecinta burung.

Harga burung ini di pasaran sepertinya tidak bisa melonjak tinggi mengikuti perkembangan harga dari burung-burung kicauan lain yang lebih populer seperti burung pleci, gelatik dan ciblek, mungkin saja jika burung citoh ini sudah masuk dalam daftar kelas di perlombaan akan jauh lebih mahal.

Sekilas burung ini mempunyai tubuh yang menyerupai atau sebesar burung Decu, atau jika anda kenal sebesar burung tledekan atau jempolan, hanya saja dibedakan dengan warna kuning kehijauan.

Burung cipoh termasuk suku Chloropseidae atau cica-daun sebagaimana burung cucak hijau, burung sirpu atau citoh ini banyak tersebar di wilayah asia tenggara, sumatera, jawa dan kalimantan, dan dalam perawatannya tidak terlalu sulit karena burung ini menyukai makanan seperti kroto, jangkrik, belalang dan bisa jiga buah-buahan seperti pisang.

Jantan Dan Betina

Membedakan burung Cipo Atau sirtu Jantan dan Betina, adalah pada burung jantan ukuran tubuh biasanya lebih panjang dari burung betina juga pada warna lidah bagian dalam pada burung sirtu jantan berwarna hitam, burung citoh jantan mempunyai suara yang lebih bervariasi dibandingkan dengan burung betina, sedangkan warna bulu pada burung jantan lebih tegas dan tajam dibanding burung betina.

Mungkin saja bila burung ini sudah mendapat kelas khusus di arena lomba, tidak menutup kemungkinan akan menjadi ramai dan tentu saja harga jualpun pasti akan naik, semoga saja burung citoh ini bisa mendapat tempat di arena kontes menyusul burung lokal lainnya, atau mungkin saja burung citoh ini sudah ada lombanya di tempat daerah anda.


Suara Burung Citoh atau Cipew 


Baca Selengkapnya - Burung Cipoh Akankah Ada Lombanya

Burung Wambie|Hwamei (Garrulax Canorus)

Burung Jenis hwamei ini Dahulu di China sebagai burung aduan secara fisik
Pada awalnya burung wambie ini dijadikan burung aduan di tempat asalnya yaitu Cina, seperti kalangan layak mengadu ayam secara fisik dan burung ini di adu ketangguhannya dan kerap kali dijadikan ajang taruhan, burung yang mati dianggap kalah.

Hwamei, atau sering juga disebut wambie, Garrulax canorus | Leucodioptron canorum | Melodious Laughingthrush, adalah burung yang pernah populer bagi penggemar burung kicauan yang sudah malang-melintang sejak tahun1990 hingga tahun 2000.

Suaranya keras dan selalu fight dengan gaya menggetarkan kedua sayapnya, merupakan ciri khas dari burung ini, sayangnya, popularitas hwamei di Indonesia kini memudar, terbelit persoalan internal dan eksternal.

Burung Hwa Mei atau dapat juga disebut dengan burung Wambie adalah burung berkicau yang berasal dari Cina, tepatnya berasal dari daerah Huang Co, burung ini telah tersebar meliputi pulau jawa, Lombok, Bali hingga Irian yang konon katanya burung ini hidup di hutan Bambu dan semak-semak belukar yang dekat dengan aliran sungai.

Seiring berjalannya waktu dalam perjalanan beberapa tahun kemudian burung hwa mei ini bukan hanya dijadikan burung aduan atas kegarangannya saja akan tetapi juga telah dilombakan akan keindahan ocehannya / kicauannya, Hwa Mei / Wambie memang dikenal sebagai burung yang mempunyai suara Emas karena pandai menirukan berbagai macam suara burung ocehan dan burung wambie ini memiliki variasi suara atau kicauan yang sangat komplit menurut saya, tak heran dalam beberapa tahun kebelakang tepatnya tahun 1990 burung ini mempunyai kelas tersendiri di arena Lomba Burung Berkicau.

Hwa Mei atau burung wambie ini mempunyai panjang tubuh sekitar 28 cm, dan warna tubuhnya hampir coklat dan agak suram seluruhnya, hanya saja kepala bagian depannya agak berwarna keputihan dan dibagian belakang kepala hingga tengkuk terdapat garis kehitaman, serta ekornya juga memiliki garis membujur berwarna hitam dan bulu dibagian perutnya agak berwarna kekuning-kuningan.

Ciri yang paling menonjol dan khas burung wambie ini adalah adanya garis putih yang menglilingi atau garis putih yang melingkari matanya hingga memanjang kebelakang seperti orang memakai kacamata, sementara paruhnya berwarna coklat abu-abu dan kakinya berwarna coklat.

Secara keseluruhan baik wambie jantan dan betina mempunya ciri fisik yang sama, karena kemiripan inilah hingga sulit untuk membedakannya, namun jika kita perhatikan lebih teliti ada beberapa perbedaan antara hwa mei jantan dan betina, yaitu diantarnya:
  • Fisik Hwa Mei jantan akan lebih besar, panjang dan ramping dibandingkan dengan si betinanya yang identik dengan bertubuh lebih kecil dan pendek.
  • Cengkraman jari hwa mei jantan lebih kuat dan kokoh dibandingkan dengan hwa mei betina.
  • Bulu Hwa Mei jantan kecoklatan dan mengkilap sedangkan hwa mei betina coklatnya agak busam.
  • Burung Hwa Mei Jantan mempunyai suara yang sangat variatif dan pandai berkicau serta volume yang sangat keras tajam melengking, sedangkan hwa mei betina hanya mempunyai suara monoton, sieerrr..siiieerrr…ssiieerrrr

Makanan burung hwamei ini sama seperti burung ocehan lainnya yaitu voor, kroto, jangkrik, walang dan buah segar

Pada akhir-akhir ini burung Hwa Mei sudah sangat sulit ditemukan dipasar bebas karena burung tersebut sangat menurun populasinya di Indonesia, mungkin saja di daerah asalnya ( Cina ) burung ini masih banyak berkeliaran di alamnya.

Dengan menurunnya populasi HwaMei di Indonesia maka lambat laun kelas khusus yang yang tadinya diberikan pada burung wambie ini telah hilang seiring jaman, padahal menurut saya burung hwa mei ini adalah burung yang mempunyai  suara yang khas dan sangat pandai menirukan suara-suara burung lainnya.

Dunia Burung Dan Hewan

Berikut ini Kicauan Burung Wambie :


Baca Selengkapnya - Burung Wambie|Hwamei (Garrulax Canorus)

Nightingale Burung Bulbul Legenda

Burung Malam Yang Rajin Berkicau
Nightingales Bird namanya karena burung ini sering berkicau atau bernyanyi di malam serta siang hari, nama Nightingale ini telah lama digunakan kurang lebihnya dari 1.000 tahun yang lampau, bahkan sangat dikenal di Anglo-Saxon.

Burung ini mempunyai suara yang sangat tajam dalam berkicau, biasanya bernyanyi saat fajar, selama satu jam sebelum matahari terbit, dia berkicau dalam mempertahankan wilayah kekuasaannya, kicauan yang paling khas dari irama ocehannya adalah crescendo bersiul keras.

The Nightingale umum atau ( Luscinia megarhynchos ), atau bisa di sebut juga dengan sebutan burung bulbul ini adalah merupakan salah satu dari burung master terfavorit untuk burung kicauan seperti Murai Batu, Kacer, Pentet, Pleci dan burung-burung lainnya.

Makanannya yaitu campuran buah-buahan, biji-bijian, dan kacang-kacangan serangga, dan burung Nightingales memiliki banyak musuh dari hewan predator di alamnya, musuh mereka yaitu hewan mamalia seperti kucing, tikus, rubah dan juga diburu oleh burung pemangsa besar.

Habitatnya di hutan-hutan dan semak-semak belukar di wilayah Eropa dan sering berimigrasi ke wilayah Asia Barat Daya, walaupun tidak ditemui di habitat aslinya di wilayah Amerika Utara dan Amerika Barat, perkembangbiakan Nightingale pada musim kawin di negara asalnya sangat berbeda dengan iklim dan Geografis di Indonesia, sehingga Nightingale sulit ditangkarkan ataupun dipelihara di Indonesia, dan merupakan salah satu burung yang dilindungi di negara asalnya.

Di negara asalnya burung ini sangat populer, selain sering dibuat sebagai narasi dicerita-cerita legenda dan sajak-sajak di setiap perayaan besar, seperti musisi ternama Kitaro pun terinspirasi oleh kicauan merdu Nightingale.


Mau mendengarkan Kicauannya, Ini Dia Suaranya

Baca Selengkapnya - Nightingale Burung Bulbul Legenda