Katak panah beracun atau Anomaloglossus sp. |
Sebuah ekspedisi yang dilakukan oleh 16 ilmuwan dari Conservation International di daerah hutan hujan tak berpenghuni di pegunungan Suriname bagian timur, menemukan 1.378 tanaman, semut, ikan, serangga, burung, mamalia, dan amfibi.
Telegraph melansir, 7 Oktober 2013, para ilmuwan meyakini dari seluruh temuannya, 60 di antaranya adalah spesies baru yang berpotensi untuk menambah ilmu pengetahuan. Spesies baru itu terdiri dari enam katak, seekor ular, 11 ikan, dan beberapa spesies kumbang.
Salah satu spesies terbaru itu adalah katak berwarna coklat yang hidup di pohon-pohon yang memiliki nama katak kakao (Hypsiboas sp). Selain itu, ditemukan juga katak beracun yang memiliki warna coklat dan putih (Anomaloglossus sp.)
Telegraph melansir, 7 Oktober 2013, para ilmuwan meyakini dari seluruh temuannya, 60 di antaranya adalah spesies baru yang berpotensi untuk menambah ilmu pengetahuan. Spesies baru itu terdiri dari enam katak, seekor ular, 11 ikan, dan beberapa spesies kumbang.
Salah satu spesies terbaru itu adalah katak berwarna coklat yang hidup di pohon-pohon yang memiliki nama katak kakao (Hypsiboas sp). Selain itu, ditemukan juga katak beracun yang memiliki warna coklat dan putih (Anomaloglossus sp.)
Kumbang liliput atau Canthidium minimum |
Lalu, ada seekor kumbang berwarna pemakan kotoran berukuran panjang 2,3 milimeter dan memiliki tanduk seperti antena. Kumbang itu memiliki nama Canthidium minimum. Tim ilmuwan juga menemukan 25 spesies baru kumbang air yang hidup di mata air, yang keluar dari batuan granit.
Menurut para ilmuwan, spesies-spesies baru yang melimpahi air tawar di hutan hujan di pegunungan Suriname ini memainkan peran penting dalam sebuah ekosistem.
"Suriname adalah tempat terakhir di mana hutan dan sungainya belum tersentuh sama sekali. Itu yang mengakibatkan keanekaragaman hayati sangat berkembang di sana," kata Dr Tron Larsen, ahli ekologi tropis di Conservation International.
Ekspedisi ini juga mempelajari peran air di Suriname yang berada di daerah Guyana Shield, atau padang gurun di Amerika Selatan yang berisi lebih dari seperempat hutan hujan di dunia.
Selain itu, populasi manusia yang rendah di Suriname mengakibatkan hutan hujan di sana belum dirusak oleh aktivitas manusia.
"Kelestarian ekosistem tidak hanya penting bagi masyarakat Suriname, tapi juga dapat membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan akan bahan makanan, air, serta mengurangi dampak dari perubahan iklim," tutup Larsen.
Menurut para ilmuwan, spesies-spesies baru yang melimpahi air tawar di hutan hujan di pegunungan Suriname ini memainkan peran penting dalam sebuah ekosistem.
"Suriname adalah tempat terakhir di mana hutan dan sungainya belum tersentuh sama sekali. Itu yang mengakibatkan keanekaragaman hayati sangat berkembang di sana," kata Dr Tron Larsen, ahli ekologi tropis di Conservation International.
Ekspedisi ini juga mempelajari peran air di Suriname yang berada di daerah Guyana Shield, atau padang gurun di Amerika Selatan yang berisi lebih dari seperempat hutan hujan di dunia.
Selain itu, populasi manusia yang rendah di Suriname mengakibatkan hutan hujan di sana belum dirusak oleh aktivitas manusia.
"Kelestarian ekosistem tidak hanya penting bagi masyarakat Suriname, tapi juga dapat membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan akan bahan makanan, air, serta mengurangi dampak dari perubahan iklim," tutup Larsen.
vivanews